My beloved ones,
Selamat pagi…saya menulis artikel
ini saat Minggu yang cukup dingin dan sejuk ( karena AC kamar belum dimatiin haha..) , sambil sayup –
sayup mendengar lagu rohani dan renungan pagi , ya tentu saja menjadi sejuk. Jam 5.30.
Jam biologis sebenarnya
sudah membangunkan saya tepat jam 4 seperti biasa, dan seperti seorang yang
sedang diperhitungkan, hal pertama yang muncul adalah serangan kegalauan yang
bertubi – tubi. Untung langsung ingat dan sadar diri bahwa aku sedang belajar
berperang , jadi aku menggapai smartphone dan membuka pelajaran unconscious
mind. Sambil masih tergolek mulai deh aku mengucapkan “ aku rajin, aku bahagia, aku sukses, aku dikasihi, aku….” Dan
tidak sampai 1 menit, semua serangan itu lenyap seperti panah api yang padam
oleh panah air dingin sedingin AC kamarku wkwkwkwk…
Roh kudus tentu saja yang pertama
kali bertepuk tangan , dan Dia berbisik, semua yang manis, semua yang sedap
didengar…..dan selanjutnya, pikiranku sudah dipenuhi dengan mantra itu. Aku
tidak bisa menahan diri untuk tidak berdiri, berjalan ke toilet untuk membuang
air kecil, dan segera melakukan meditasi sejenak, berhubungan dengan Roh Kudus
yang manis. Dan Dia menuntunku untuk menulis sebuah judul ini “ Meletakkan
Dasar Nasib”.
Yesus menasehatkan dalam sebuah
perumpamaan tentang dua orang yang meletakkan dasar kehidupan mereka. Seorang
membuat rumahnya dengan dasar pasir, dan satu orang lagi meletakkan dasar batu
sebelum membangun rumahnya.
Rumah itu adalah gambaran visual dari kehidupan
seseorang. Saya memiliki rumah dalam imajinasi saya, sebuah bangunan yang
berwarna putih ( karena disana bukan hanya saya yang tinggal, jadi warnanya
tentu saja bukan pink :)…).
Rumahnya tidak terlalu besar, bertingkat satu, dengan dinding kaca yang bening,
dan dikelilingi oleh taman dan kebun dan kolam ikan yang gemericik. Bagian
depan teras yang luas, mengelilingi tempat parkir mobil yang bersih, tumbuh
bunga berwarna warni dan harum. Ada bunga mawar, bunga hibiscus, bunga Sabrina,
bunga amaryllis orange dan warna lain . Bunga amaryllis orange adalah bunga
yang tumbuh di teras rumah kakek saya di Wonogiri yang sangat indah jika berbunga pada bulan
Desember. Saya telah mengambil benihnya dan mereka sudah tumbuh subur dihalaman
rumah saya sekarang. Disamping kiri rumah kami, ada kolam ikan nila berwarna
warni dengan air mancur yang gemericik, dikelilingi oleh bunga dan tanaman
herbal. Halaman samping kanan dan belakang adalah kebun tempat saya banyak
bercengkerama dengan tumbuh – tumbuhan yang indah dan banyak manfaatnya. Ini
adalah rumah yang saya tinggali di bumi, dan saya memiliki rumah di surga yang
hampir mirip seperti itu, tapi saya masih belum bisa melihat dengan jelas
kemilaunya, yang pasti saya yakin sangat jauh lebih indah dan saya membayangkan
rumah pemberian Yesus adalah kejutan yang sangat manis.
Now..kembali duduk untuk membaca
ya..apapun rumah yang akan saudara/i inginkan, mereka membutuhkan dasar ketika
engkau mulai membangunnya.Ingat…semua orang sibuk membangun rumah mereka masing
– masing, jadi rumah anda, anda sendiri yang harus membangunnya.
Dan menurut
Sang Arsitek ( Yesus kita ), dasar itu sangat menentukan apakah rumahmu itu
suatu kali akan benar – benar terwujud, atau akan sulit dibangun. Akan tetap
berdiri kokoh sehingga kau bisa bebas mendesain dan memperindahnya, atau akan
runtuh dan hanya akan membuatmu kecewa dan menangis. Saya tidak menyangkal
pemikiran bahwa Yesus adalah dasar dari bangunan kita, tapi Yesus seperti apa ?
Yesus bagian mana ? Saya rasa anda akan lebih mudah memahami bahwa bukan wujud
Yesus yang menjadi dasar rumah saudara/i, tapi nasehatNya,pemikiranNya dan
FirmanNya sebagai Arsitek sempurna atas kehidupan ini.
Pagi yang sejuk ini, Dia
mengajarkan pada saya bahwa dasar itu adalah perkataan. Perkataan yang penuh
kuasa, karena kuasa itu sudah diberikan pada kita. Saya dibawa kepada hari
pertama dunia dibangun olehNya.
Saat bumi belum berbentuk, gelap gulita, dan
Dia meletakkan dasar : Jadilah…jadilah…jadilah….dan 6 hari lamanya Dia
meletakkan dasar itu, dan semuanya jadi, sampai hari ini. Dasar itu adalah
perkataanNya. Dan perkataan ini juga yang akan menjadi dasar setiap ciptaan
kita. Apa yang ingin anda ciptakan untuk kehidupanmu ? perkatakan ! Apakah
semua akan terjadi seperti kata Rhonda Bryne dalam “Secret” ? Ya, dan semuanya
itu akan menentukan nasibmu, apakah engkau akan terus berbahagia, atau suatu
saat anda akan terpuruk. Jadi yang membedakan nasibmu adalah apa yang kau
perkatakan sebagai dasar bangunan.
Tak ada yang bisa lebih jelas
daripada sebuah nasehat dari seorang murid Sang Arsitek agung dalam Filipi 4 :
8 : Jadi akhirnya, saudara – saudari, semua yang benar, semua yang mulia, semua
yang adil, semua yang suci, semua yang sedap didengar, semua yang disebut
kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Selamat memulai hari dan
meletakkan dasar nasibmu hari ini. Salam cinta :).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar